SHALAWAT BANI HASYIM

ALLAAHUMMA SHALLI'ALAN-NABIYIL HAASYIMIYYI...MUHAMMADIW WA'ALAA AALIHI WA SALLIM TASLIIMAN....
HANYA JIWA YANG TENANG,MAMPU MENJAGA SEMANGAT HIDUP YANG BERKUWALITAS

Cari Blog Ini

Senin, 12 April 2010

TANBIH THOREQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYYAH AL MUBAROKKIYAH SURYALAYA


Tanbih TQN Suryalaya


Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok
bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya
Kajembaran Rahmaniyah.

Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria
maupun wanita, tua maupun muda :

“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu
Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak
akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan
keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing
seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur
dhohir maupun bathin.

Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat
kepada segenap murid-murid :

berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang
bertentangan dengan peraturan agama maupun negara.

Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap
manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan
kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan
perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian,
janganlah terpaut oleh bujukan nafsu,
terpengaruh oleh godaan setan,
waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama
maupun negara,
agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis
yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita,
    baik dlohir maupun batin, harus kita hormati,
    begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam
    segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan,
    sebaliknya harus bersikap rendah hati,
    bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama
    maupun negara,
    jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan,

    kalau-kalau kita terkena firman-Nya “Adzabun Alim”,
    yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari
    dunia sampai dengan akhirat (badan payah hati susah).
  3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita,
    janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh,
    bersikap angkuh,
    sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran,
    agar mereka merasa senang dan gembira hatinya,
    jangan sampai merasa takut dan liar,
    bagaikan tersayat hatinya,
    sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat
    yang lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan
    dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin,
    harus kasih sayang,
    ramah tamah serta bermanis budi,
    bersikap murah tangan,
    mencerminkan bahwa hati kita sadar.

    Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika
    dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah
    acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang,
    karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak
    sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.

Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran,
meskipun terhadap orang-orang asing karena mereka itu masih
keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya :

“Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan
segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan
mereka lebih utama dai makhluk lainnya.”

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling
harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat
Surat Al-Maidah yang artinya :

“Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan
kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama
maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun
negara".

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing,
mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku
untuk aku”,

Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan
damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.

Cobalah renungakan pepatah leluhur kita:
“ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak
demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”.
Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat
dari amal perbuatan diri sendiri.

Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :

“Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun
kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram,
gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari
nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan,
penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan
mereka sendiri”.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak
teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin,
dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman,
jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya
“ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).

Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan
sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala
kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani,
yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap
murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

Amin.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan



(KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin)

                                                               UNTAIAN MUTIARA
Jangan membenci kepada ulama yang sejaman

Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain

Jangan memeriksa murid orang lain

Jangan mengubah sikap walau disakiti orang

Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar