Untuk membedakan aslinya hikmah dengan syarah, datangnya karunia bantuan Allah itu menurut persiapan dan terbitnya nur cahaya illahi lewat jernihnya hati. Meneruskan pembahasan wirid dengan warid, yaitu wirid segala amal-amal sholeh yang dikerjakan secara terus menerus sedang warid nur ilahi yg datang kedalam hati, dan datangnya amdat (warid) tergantung dikerjakannya wirid kalau persiapanya wirid maksimal maka datangnya warid juga maksimal dan sebaliknya. Persiapan ada 3 macam, kaifan, kamman, daiman. Kaifan caranya persiapan mengadakan imdat (bantuan Allah) atau cara menggunakan hati yang bersih kosong dari aghyar (barang-barang selain Allah) maka akan mendapatkan warid yang sempurna tapi kalau hati ini kotor dikotori dengan aghyar (barang-barang selain Allah) jadi warid (kema’rifatan atau rahasia-rahasia yang masuk kedalam hati) itu akan kurang. Jernih atau keruhnya hati itu tergantung hati itu dipengaruhi aghyar atau tidak. Semua wirid atau amal sholeh semuanya mengandung cahaya illahi (nur). Dan nur itu terbitnya ketika amal sholeh itu dikerjakan secara ikhlas.
Kalau hatinya dipengaruhi aghyar maka nur tersebut tidak bisa masuk, tapi kalau hatinya kosong dari pengaruh aghyar maka nur tersebut bisa masuk kedalam sirri hati disebut bassirotul sirri maka akan diberikan karomah dan mampu melihat hal-hal gaib, bisa melihat alam jabarut (alam jin) malakut (alam malaikat dan orang-orang sholeh) lahut ( alam ilahiyat). Tapi kalau punya tujuan punya karomah bisa terbang bisa jalan diatas air itu semua aghyar (selain Allah) maka jangan sekali-kali punya tujuan karomah tersebut. Tapi kalo nur baca sholawat, nur sholat nur baca qur’an dan lain-lain berbondong-bondong masuk hanya dua pertiga didalam hati disebut bassirotul fu’ad karena sepertiga yang paling dalam yaitu sirri sudah terisi aghyar maka hanya bisa melihat alam gaib jabarut dan malakut. Dan kalau masuk sepertiga dari depan pintu hati disebut bassirotul qolbi dan hanya mampu melihat alam gaib jabarut.
Alam gaib ada tiga jabarut, malakut, lahut. Sedang alam syahada alam nyata namanya alam nashut. Kalau hati sudah disibukan dengan hal-hal dunia walaupun dimulut sering membaca wirid, baca al-qur’an dan amal-amal sholeh lainnya, maka tetap nur cahaya illahi tidak bisa masuk. Jadi walaupun kita dihadapkan dengan kesibukan-kesibukan dunia tetapi kalau hatinya senantiasa ingat Allah dan selalu membaca wirid maka nur illahi masuk dan hasil pekerjaan pun barokah, warid pun senantiasa masuk dalam hati dengan sempurna.
Syeikh juneid al bagdadi kalau mau buka toko beliau mengerjakan sholat 400 rakaat, maka itu disebut kamman, maksud kamman yaitu persiapan bilangannya banyak, begitu juga amal shodaqoh kalau banyak dan ikhlas maka disebut kammannya sempurna, dan warid yang akan datang juga besar. Contoh lain sohabat abu bakar kalau menghatamin qur’an hanya dengan sholat 2 raka’at. Makanya tidaklah heran ketika massanya syekh hattim al ashom, syeikh juneid, tidak ada tabir antara beliau dengan para malaikat. Setiap pagi syekh hattim didatangi iblis, beliau ditanya “ma akalta?” apa yang kamu makan? Jawab almaut dan “ma talbasu” pakaian apa yang kamu pakai? jawab “al-kaffan” “aina taskunu” Dimana kamu tinggal? jawab “alqubru” sehingga iblis tidak bisa menggoda para auliyaallah karena beliau sudah diberikan kema’rifatan.
Persiapan untuk menerima amdat yaitu membaca wirid yang banyak persiapan hatinya bersih dan kosong dari aghyar disebut kaifan, membaca wiridnya banyak disebut kamman, membacanya rutin dan trus menerus disebut daiman, jadi langgengnya mendapatkan warid tergantung pada langgengnya membaca wirid. Orang dahulu aghyar sedikit aja memerlukan membaca istigfar yang banyak, memerlukan minta tolong kepada orang yang dekat dengan Allah untuk meminta ampunan pada Allah, nabi khidir nama aslinya balya bin malkan, beliau sukanya di air, dan jumhur ulama menyatakan bahwa beliau masih hidup sedang nabi yang masih hidup sampe sekarang yang ke dua yaitu nabi ilyas dan beliau sukanya didarat, hutan dan padang pasar. Suatu saat nabi khidir kedatangan pengemis kemudina berkata “saya meminta sesuatu dari kamu dengan bersumpah atas nama Allah ta’ala” nabi khidir dengar permintaan tersebut langsung lemas karena beliau disumpah dengan nama Allah dan beliau juga tidak mempunyai apa-apa kecuali baju yang terpasang dibadannya, nabi khidir berkata “aku tidak punya apa-apa kecuali pakaian yang nempel dibadan, jadi silahkan jual aku nanti kalau sudah dapat uang, silahkan gunakan atau manfaatkan uang hasil jual tersebut.” Akhirnya nabi khidir dituntun ke pasar, dan ditawar-tawarin seperti budak, kemudian dibeli oleh seseorang yang bernama sakhin bin arqom, kemudian diajak kerumah sang pembeli tersebut, dan langsung diberikan pekerjaan. Yaitu diperintah untuk mengurug tanah dibelakang rumahnya yang luas, dan diminta tanah yang untuk diurug diambil dari gunung yang deket dari rumah tersebut, kemudian disediain peralatan seperti cangkul dan lain-lain, setelah itu simajikan khidir pergi. Selang waktu ketika sakhin bin arqom datang dengan mengantarkan makanan untuk nabi khidir, dia kaget melihat tanah dibelakang rumah sudah rapih dan gunung juga sudah tidak ada, dia masuk ke kamar nabi khidir ditemukan beliau sedang sholat, kemudian setelah sholat nabi khidir ditanya, “sebenernya kamu itu siapa?” jawab nabi khidir “ana ‘Abdullah wa ‘abduka (saya hamba Allah dan budakmu)” majikanpun berkata lagi, “tolong jelasin setatusmu dengan nama Allah” jawab nabi khidir karena harus bersumpah dia pun jujur “ ana alkhidir alaihi salam” akhirnya sakhin bin arqom gemetar, kemudian dia berdoa, “ya Allah astagfirullahal’adhim, ampuni hamba karena hampa tidak tahu kalau dia adalah nabiMu” kemudian nabi khidir dimerdekakan, setelah itu nabi khidir sujud syukur dan berdoa “ bikhaqika sirtu rodiqon wabikhaqika sirtu 'aqiqon” (ya Allah dengan hakMu aku menjadi budak dan dengan hakMu aku dierdekakan) kemudian nabi khidir pamit pulang. Itulah karomah yang diberikan kepada nabi khidir toyyil waqtu, dengan waktu singkat bisa memindahkan tanah gunung kebelakang rumah sakhin bin arqom. Kemudian nabi khidir pulang ke rumahnya ditepi laut, sesampainya dirumah ada seseorang yang berdiri diatas air dan berdoa “ya Allah tolong selamatkan nabi khidir yang jadi budak dan terimalah tobatnya” seorang nabi khidir masih dimintai tobat kepada Allah punya dosa atau kesalahan apa? Jadi ceritanya nabi khidir kalau malam beliau dilaut sedang kalau siang dia turun kedaratan padang pasir dan sholat dibawah pohon kemudian ditegur Allah “wahai khidir kamu kalau sholat (sujud) memilih dunia mengalahkan akhirat, Aku tidak ridho kalau kamu senang dunia” padahal nabi khidir tidak punya rumah tidak punya apa-apa, tapi hanya karena senang sholat dibawah pohon dengan menikmati semilir angin yang terkena pohon tersebut sambil berteduh dari panasnya matahari ditengah-tengah padang pasir hanya karena itu ditegur Allah, karena nabi khidir senang maka disebut aghyar (barang-barang selain Allah) makanya orang yang berdiri diatas air tersebut mendoakan nabi khidir untuk diterima tobatnya, kemudian ditanya kepada nabi khidir, “kamu itu siapa?” dijawab saya “syakdun”. Itulah diatas langit masih ada langit lagi, jadi syakdun masih diatas nabi khidir. Tapi belum ada riwayat yang jelas tentang syakdun tersebut.
“Robbi farfa’na bibarqatihim, wa minal khusna bikhurmatihim, wa amitna fi toriqotihim, wa mu’afati minal fithani”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar